Situs Pangeran Pasarean terletak ± 2 km kearah timur dari pusat pemerintahan Kab. Cirebon, tepatnya di Rt/04/01 Kel. Gegunung Kec Sumber. Menurut kitab Cirebon Nagari Pangeran Pasarean nama aslinya Pangeran Muhammad Arifin putra Syaikh Syarif Hidayatullah, atau yang dikenal Sunan Gunung Jati.
Dari permaisuri Nyimas Tepasari putri Ki Ageng Tepasan dari kerajaan Majapahit. Beliau lahir pada tahun 1495 M dan wafat tahun 1552 M, beliau jugalah yang menurunkan raja-raja Kasultanan cirebon.
Dari permaisuri Nyimas Tepasari putri Ki Ageng Tepasan dari kerajaan Majapahit. Beliau lahir pada tahun 1495 M dan wafat tahun 1552 M, beliau jugalah yang menurunkan raja-raja Kasultanan cirebon.
Semasa hidupnya Pangeran Pasarean dipercaya dan diberi kekuasaan oleh Ayahandanya untuk mengatur beberapa daerah dan tugas-tugas penting lainnya. Diantara tugas penting itu adalah membuat tapal batas antara Galuh dan Cirebon. Dalam menjalankan tugas tersebut dikawal oleh pasukan dan pinisepuh serta dibekali senjata cis / keris yang menyerupai tombak. Diawali dari bukit kaki gunung ciremai / yang sekarang disebut mandirancan. Beliau menancapkan senjata cisnya terus kearah utara dan akhirnya sampailah disuatu daerah yang tanahnya ngegunduk menyerupai gunung yang sekarang dinamakan Gegunung. Disitu Pangeran Pasaren dan rombongan dihadang oleh serombongan pasukan yang dipimpin oleh Sang Ikultua telik sandi pajajaran yang malik warna menjadi Harimau. Maka terjadilah peperangan namun setelah tahu Pangeran Pasarean Putra Mahkota Sunan Gunung Djati Notabene cicit Prabu Silihwangi maka peperangan dihentikan dan Sang Ikultua tunduk pada Pangeran Pasarean. Akhirnya pangeran Pasarean dan para pngewalnya menetap digegunung untuk melaksanakan siar agama Islam dan menggembleng dirinya dan pasukannya baik jasmani dan rohaninya untuk menjadi pemimpin dan prajurit sejati yang selalu untuk kepentingan agama bangsa dan negara.
Bahkan sering mengadakan pertemuan-pertemuan dengan mengundang para kigede dan tokoh-tokoh kesultanan untuk membahas strategi yang mengancam atau mengganggu kesultanan Cirebon. Dalam rapat-rapat sering dipimpin oleh Sang Ikul Tua. Berkat pertimbangan beliau yang luhur hasil rapat selalu memuaskan semua pihak dan menghasilkan keputusan yang baik maka Sangikul Tua bergelar Ki Buyut Timbang Luhur. Dan seorang yang menyediakan perlengkapan dalam rapat-rapat diberi gelar Ki Buyut Srana, untuk keamanan dipimpin oleh Patih Logawa yang bergelar Buyut Sena, dan yang menambak segala bencana bergelar Ki Buyut Tambak. Seorang juru sidang yang sangat adil diberi gelar Ki Buyut Pasidangan. Adapun tempat rapat-rapat diberi nama Pendopo Agung. Bekas goresan Cis yang membentang dari selatan ke Utara membentuk sungai yang diberinama sungai Cipager. Ci artinya air Pager artinya batas. Dan juga sumur tempat air minum mandi dan wudlu diberi nama sumur Bagja Kamulyan. Dan tempat Pangeran bersemedi dan menyimpan benda-benda miliknya oleh pengikutnya diberi tanda yang sekarang disebut makam Pangeran Pasarean. Yang semuanya makam-makam tersebut diatas sampai sekarang masih terawat dengan baik dan dikunjungi para penziarah pria dan wanita tua dan muda dari rakyat jelata sampai para pejabat negara, dari warga setempat sampai warga sejagat dari yang minta selamat drajat dan pangkat alhamdulillah banyak yang terkabul berkah karomat dan barokah para leluhur tersebut terutama ridha Allah SWT amin.
Komentar
Posting Komentar
Kami Akan Terus Mengembangkan Konten dalam Blog Ini